Rabu, 05 Desember 2012

Berawal Dari Toko Kelontong Menjadi 30 Orang Terkaya Indonesia

Lim Tju King

BLOG JM-Lelaki itu dari Fujian. Merantau ke Kalimantan, ketika provinsi di selatan China itu ikut dikurung amarah nasionalis versus komunis. Di Kalimantan dia kerja serabutan. Dari kuli hingga berdagang. Upah dari kerja tak tentu itu ditabung. Begitu cukup dia mendirikan toko kelontong. Itu tahun 1915.

Lim Tju King, nama pria ini, barangkali tak pernah menyangka Toko Kelontong itu bakal mengurita dalam rupa-rupa usaha, lalu anaknya melambung ke jajaran orang terkaya Indonesia. Pekan ini, Majalah terkemuka Forbes, menaruh Lim Hariyanto Wijaya, si pewaris Toko Kelontong itu di urutan 30 dalam daftar orang kaya di Indonesia. Total kekayaannya U$ 1,03 miliar. Sekitar Rp9,4 triliun.

Sepeninggal sang ayah, Hariyanto memang melebarkan sayap bisnisnya. Dari perkayuan hingga manufaktur. Dia mewarisi bakat dan nyali bisnis sang ayah. Tahun 1983, dia merambah bisnis kayu lapis. Lalu merambah bisnis lain. Dari kelapa sawit, hingga properti.

Induk bisnis sawit itu kemudian melantai di bursa saham Singapura. Pasar menyambut gembira. Pundi keluarga ini kemudian kian menjulang.

Majalah Forbes mencatat bahwa penyumbang terbesar kekayaan mereka adalah bisnis perkebunan kelapa sawit. Di bisnis ini mereka bernaung di bawah bendera Bumitama Agri Ltd. Perusahaan inilah yang April 2012 lalu, terjun di bursa Singapura itu.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa saat listing di Singapura, perusahaan itu diharapkan akan mengeruk  U$175,8 juta. Mereka menawarkan 297,6 juta saham.

Tapi Hariyanto kini sudah senja. Usianya sudah 85 tahun. Kemudi perusahaan sudah berpindah ke anak-anaknya. Saat peluncuran saham di Singapura itu, anak kandung Lim sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bumitama Agri Ltd., Lim Gunawan Hariyanto, dengan penuh haru mengatakan, "Ini adalah hari bersejarah bagi Bumitama.”

Gunawan berharap debut perdana di Bursa Efek Singapura ini disambut baik para investor. Bermodal tanah yang luas di Indonesia, dia yakin perusahaan ini sanggup melayani permintaan minyak sawit dunia yang terus melesat.

Selain modal tanah yang luas, semangat kerja dan integritas yang mendarah daging berpuluh tahun juga jadi modal utama mereka. "Dengan nilai-nilai inti integritas, moralitas dan kemampuan, kami akan terus membangun fondasi yang kuat," kata  Lim Gunawan.

Harga saham Bumitama Agri saat dijual pertama kali di Singapore Stock Exchange seharga U$0,745 per lembar atau sekitar Rp8.000. Harga saham itu kemudian melejit. Naik sekitar 45 persen dari harga perdana. Saham naik, kapitalisasi pasar Bumitama Agri juga melejit. Bulan Oktober 2012, kapitalisasi pasarnya mencapai U$1,5 miliar. Sekitar Rp14 triliun.

Jaya di Kelapa Sawit

Sebelum terjun ke bisnis kelapa sawit, keluarga ini sempat terjun ke bisnis batu bara dan pertambangan emas. Bisnis batu bara itu mulai dirintis tahun 1988. Bisnis itu terhitung sukses.

Bermitra dengan Rio Tinto —perusahaan tambang asal Australia— mereka kemudian mendirikan Kelian Equatorial Mining. Porsi  Rio Tinto memang lebih besar. Rio memiliki 90 persen sementara Harita Grup milik keluarga ini 10 persen. Tapi mereka kemudian menutup tambang, yang mulai beroperasi pada tahun 1992 itu,  pada tahun 2005. Sebabnya, cadangan emas menurun.

Pada tahun 1996, Harita Grup mendirikan Bumitama Agri setelah mengakusisi lahan seluas 17.500 hektare di Kalimantan Tengah. Perkebunan itu mulai berbisnis pada tahun 1998. Semula usaha ini berjalan lambat.

Barulah pada tahun 2002,  Bumitama mulai melebarkan sayap  secara agresif. Pada tahun 2007, Bumitama sudah memiliki 50 ribu hektar. Pada tahun 2010, jumlah lahan bertambah lagi 50 ribu hektar lagi. Dan pada Maret 2012, Bumitama sudah memiliki 118.00 hektare yang sudah ditanami kelapa sawit.

Pohon kelapa sawit memiliki siklus hidup sampai 25 tahun. Usia 0-3 tahun pohon kelapa sawit masih dianggap muda. Dan usia ideal adalah 7-18 tahun. Setelah usia itu, minyak yang dihasilkan akan merosot.

Minyak mentah kelapa sawit (CPO) sekarang dikomsumsi secara luas. Minyak ini digunakan untuk membuat biskuit, kue, margarin, es krim dan produk kosmetik. Tingkat permintaannya di dunia adalah  73 persen dari seluruh produk.

Indonesia dan Malaysia adalah produsen terbesar CPO. Kedua negara ini menyumbang 85 persen pasokan dunia.

Kini Bumitama menguasai 190.000 hektare tanah. Dari jumlah itu, sudah 118.000 hektare yang ditanam kelapa sawit  di Riau, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Pada tahun 2011, perkebunan memproduksi 1.065 juta buah tandan sawit segar. Dengan kata lain hasil per hektar kebun mencapai 16,3 metrik ton.

Untuk CPO, pada tahun 2009 Bumitama menghasilkan 216.000 metrik ton. Tahun 2011 meningkat menjadi 254.000 metrik ton. Rata-rata pertumbuhan produksi itu adalah 24,6 persen.

Dari segi keuangan, kinerja Bumitama Agri juga impresif. Pada tahun 2009, pendapatannya telah mencapai U$138 juta atau Rp1,4 triliun. Pada 2010, pendapatan naik  menjadi U$216 juta atau Rp1,9 trilun. Dan tahun 2012 mencapai U$320 juta atau Rp2,8 triliun.  Rata-rata pertumbuhan adalah 53,4 persen.

Sementara dari segi keuntungan juga terus naik. Pada tahun 2009 keuntungan bersih Bumitama baru U$24 juta atau Rp278 milyar. Pada tahun 2011, keuntungan bersih naik menjadi U$39 juta atau Rp402 milyar. Dan tahun 2011, keuntungan bersih Bumitama menjadi U$67 juta atau Rp 757 milyar. Kenaikan keuntungannya adalah 67 persen.

Demikianlah. Peluh berpuluh tahun itu telah menaruh Lim Hariyanto Wijaya Sarwono  dalam daftar orang terkaya Indonesia.

0 komentar :

Posting Komentar

Gunakanlah bahasa yang sopan


NO SARA
JANGAN SAMPAI KOMENTAR ANDA MENGANDUNG SPAM

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com