|
Lim Tju King |
BLOG JM-Lelaki itu dari Fujian. Merantau ke Kalimantan, ketika provinsi di
selatan China itu ikut dikurung amarah nasionalis versus komunis. Di
Kalimantan dia kerja serabutan. Dari kuli hingga berdagang. Upah dari
kerja tak tentu itu ditabung. Begitu cukup dia mendirikan toko
kelontong. Itu tahun 1915.
Lim Tju King, nama pria ini,
barangkali tak pernah menyangka Toko Kelontong itu bakal mengurita dalam
rupa-rupa usaha, lalu anaknya melambung ke jajaran orang terkaya
Indonesia. Pekan ini, Majalah terkemuka Forbes, menaruh Lim Hariyanto
Wijaya, si pewaris Toko Kelontong itu di urutan 30 dalam daftar orang
kaya di Indonesia. Total kekayaannya U$ 1,03 miliar. Sekitar Rp9,4
triliun.
Sepeninggal sang ayah, Hariyanto memang melebarkan
sayap bisnisnya. Dari perkayuan hingga manufaktur. Dia mewarisi bakat
dan nyali bisnis sang ayah. Tahun 1983, dia merambah bisnis kayu lapis.
Lalu merambah bisnis lain. Dari kelapa sawit, hingga properti.
Induk
bisnis sawit itu kemudian melantai di bursa saham Singapura. Pasar
menyambut gembira. Pundi keluarga ini kemudian kian menjulang.
Majalah
Forbes mencatat bahwa penyumbang terbesar kekayaan mereka adalah bisnis
perkebunan kelapa sawit. Di bisnis ini mereka bernaung di bawah bendera
Bumitama Agri Ltd. Perusahaan inilah yang April 2012 lalu, terjun di
bursa Singapura itu.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa saat
listing di Singapura, perusahaan itu diharapkan akan mengeruk U$175,8
juta. Mereka menawarkan 297,6 juta saham.
Tapi Hariyanto kini
sudah senja. Usianya sudah 85 tahun. Kemudi perusahaan sudah berpindah
ke anak-anaknya. Saat peluncuran saham di Singapura itu, anak kandung
Lim sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bumitama Agri Ltd., Lim
Gunawan Hariyanto, dengan penuh haru mengatakan, "Ini adalah hari
bersejarah bagi Bumitama.”
Gunawan berharap debut perdana di
Bursa Efek Singapura ini disambut baik para investor. Bermodal tanah
yang luas di Indonesia, dia yakin perusahaan ini sanggup melayani
permintaan minyak sawit dunia yang terus melesat.
Selain modal
tanah yang luas, semangat kerja dan integritas yang mendarah daging
berpuluh tahun juga jadi modal utama mereka. "Dengan nilai-nilai inti
integritas, moralitas dan kemampuan, kami akan terus membangun fondasi
yang kuat," kata Lim Gunawan.
Harga saham Bumitama Agri saat
dijual pertama kali di Singapore Stock Exchange seharga U$0,745 per
lembar atau sekitar Rp8.000. Harga saham itu kemudian melejit. Naik
sekitar 45 persen dari harga perdana. Saham naik, kapitalisasi pasar
Bumitama Agri juga melejit. Bulan Oktober 2012, kapitalisasi pasarnya
mencapai U$1,5 miliar. Sekitar Rp14 triliun.
Jaya di Kelapa Sawit
Sebelum
terjun ke bisnis kelapa sawit, keluarga ini sempat terjun ke bisnis
batu bara dan pertambangan emas. Bisnis batu bara itu mulai dirintis
tahun 1988. Bisnis itu terhitung sukses.
Bermitra dengan Rio
Tinto —perusahaan tambang asal Australia— mereka kemudian mendirikan
Kelian Equatorial Mining. Porsi Rio Tinto memang lebih besar. Rio
memiliki 90 persen sementara Harita Grup milik keluarga ini 10 persen.
Tapi mereka kemudian menutup tambang, yang mulai beroperasi pada tahun
1992 itu, pada tahun 2005. Sebabnya, cadangan emas menurun.
Pada
tahun 1996, Harita Grup mendirikan Bumitama Agri setelah mengakusisi
lahan seluas 17.500 hektare di Kalimantan Tengah. Perkebunan itu mulai
berbisnis pada tahun 1998. Semula usaha ini berjalan lambat.
Barulah
pada tahun 2002, Bumitama mulai melebarkan sayap secara agresif. Pada
tahun 2007, Bumitama sudah memiliki 50 ribu hektar. Pada tahun 2010,
jumlah lahan bertambah lagi 50 ribu hektar lagi. Dan pada Maret 2012,
Bumitama sudah memiliki 118.00 hektare yang sudah ditanami kelapa sawit.
Pohon
kelapa sawit memiliki siklus hidup sampai 25 tahun. Usia 0-3 tahun
pohon kelapa sawit masih dianggap muda. Dan usia ideal adalah 7-18
tahun. Setelah usia itu, minyak yang dihasilkan akan merosot.
Minyak
mentah kelapa sawit (CPO) sekarang dikomsumsi secara luas. Minyak ini
digunakan untuk membuat biskuit, kue, margarin, es krim dan produk
kosmetik. Tingkat permintaannya di dunia adalah 73 persen dari seluruh
produk.
Indonesia dan Malaysia adalah produsen terbesar CPO. Kedua negara ini menyumbang 85 persen pasokan dunia.
Kini
Bumitama menguasai 190.000 hektare tanah. Dari jumlah itu, sudah
118.000 hektare yang ditanam kelapa sawit di Riau, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Timur. Pada tahun 2011, perkebunan memproduksi 1.065 juta
buah tandan sawit segar. Dengan kata lain hasil per hektar kebun
mencapai 16,3 metrik ton.
Untuk CPO, pada tahun 2009 Bumitama
menghasilkan 216.000 metrik ton. Tahun 2011 meningkat menjadi 254.000
metrik ton. Rata-rata pertumbuhan produksi itu adalah 24,6 persen.
Dari
segi keuangan, kinerja Bumitama Agri juga impresif. Pada tahun 2009,
pendapatannya telah mencapai U$138 juta atau Rp1,4 triliun. Pada 2010,
pendapatan naik menjadi U$216 juta atau Rp1,9 trilun. Dan tahun 2012
mencapai U$320 juta atau Rp2,8 triliun. Rata-rata pertumbuhan adalah
53,4 persen.
Sementara dari segi keuntungan juga terus naik. Pada
tahun 2009 keuntungan bersih Bumitama baru U$24 juta atau Rp278 milyar.
Pada tahun 2011, keuntungan bersih naik menjadi U$39 juta atau Rp402
milyar. Dan tahun 2011, keuntungan bersih Bumitama menjadi U$67 juta
atau Rp 757 milyar. Kenaikan keuntungannya adalah 67 persen.
Demikianlah. Peluh berpuluh tahun itu telah menaruh Lim Hariyanto Wijaya Sarwono dalam daftar orang terkaya Indonesia.